Drama Singkat
JUDUL: BERATNYA HIDUP DI IBUKOTA
Setting:
Kehidupan para pemulung dan anak
jalanan di bawah jembatan di Jakarta
yang hidup dalam petak - petak kardus dan berhimpit - himpitan.
Pemain:
Karjo : Seorang pemulung yang memiliki 3
orang anak. Datang ke Jakarta
sejak 20 tahun silam.
Siti :
Istri Karjo. Kerja sebagai pemulung juga.
Marni : Adik Siti.
Suaminya sudah meninggal. Sekarang punya anak 2 yang masih kecil - kecil. Kerja
sebagai buruh cuci di kompleks dekat jembatan.
Herman : Pemulung, belum menikah, suka mabuk-mabukan.
Rubiyah : Pengemis, memiliki anak 3 orang.
Jurbin : Suami Rubiyah, pemulung.
Shinta : Orang LSM
yang sering datang ke lokasi tempat tinggal kampung kumuh.
Ardi : Orang LSM, teman Shinta.
Rodiyah : Juragan rongsok yang sering mendatangi kampung kumuh.
Plot cerita:
(Pagi hari, Shinta dan Ardi
datang ke lokasi perkampungan kumuh. Mereka membawa buku serta alat-alat untuk
mengajar karena mereka akan mengajar anak-anak di kampung kumuh tersebut supaya
bisa membaca dan menulis sesuai dengan program LSM mereka).
(Shinta bergegas mendekati
kerumunan ibu - ibu yang sedang mencuci di pinggir sungai).
Shinta : Assalamu'alaikum ibu - ibu..
Ibu – ibu : Wa'alaikumsalam neng Shinta.
Ardi : Bu, sesuai
dengan apa yang kita bicarakan minggu kemarin, kali ini saya dan Shinta datang
kesini untuk mengajari anak - anak ibu belajar membaca dan menulis.
Siti : Alaa mas
mas.. mbok biar anak-anak kerja cari rongsokan atau ngamen. Kan mereka juga harus makan. Lumayan
hasilnya bisa buat tambah beli makan mereka juga.
Rubiyah : Iyaa.. toh
bisa baca dan tulis ngga’ jamin mereka bisa jadi orang kantoran.. Lebih baik
kerja.
Shinta : Ibu - ibu, anak-anak berhak untuk bisa menulis dan
membaca.
Rodiyah : Memangnya
kalau bisa baca tulis bisa otomatis kenyang? ngga perlu kerja cari duit?
(Shinta dan ardi pun saling
berpandangan karena mereka berdua kaget dengan reaksi ibu - ibu di kampung
kumuh itu).
Ardi : Memang
dengan bisa membaca dan menulis tidak membuat anak merasa kenyang dan tidak
perlu cari uang bu. Tapi akan membuat anak - anak ibu bisa memiliki kehidupan
yang lebih baik dari kehidupan ibu - ibu sekarang.
Shinta : mosok ibu -
ibu pengen anaknya jadi pemulung dan pengemis juga nanti kalau sudah besar?
tentu tidak kan ?
(Ibu-ibu pun terdiam. Tak lama
kemudian datang Rodiyah yang sebenarnya sudah sejak tadi mendengar percakapan
Shinta, Ardi, dan Ibu - ibu).
Rodiyah : Bener lho apa
yg dibilang mbak dan mas nya tadi. Kalo bisa baca tulis pasti anak - anak
kalian nanti hidupnya lebih enak. Ngaa dibohongi orang terus. Biarlah anak -
anak kalian belajar. Toh tugas mencari uang kan sudah tugas orang tua. Dengan menyuruh anak
- anak kalian bekerja juga ngga’ buat kalian jadi kaya kan ?
(kemudian Karjo, herman, dan
Jurbin mendekati Rodiyah untuk menyetorkan hasil kerja mereka semalaman).
Rodiyah : Herman, kamu bisa baca tulis ndak?
Herman : Ndak bisa bu. Lha ndak pernah sekolah.
Rodiyah : Kalau misalnya
aku bohongin kamu tentang angka timbangan, kamu tahu ndak?
Herman : Ya ndak tau lah bu.
Rodiyah : Nah, dengar sendiri kan ibu - ibu.. Pentingnya bisa baca dan
tulis.
Karjo : Sudahlah,
biar anak - anak belajar membaca dan menulis. Kasihan mereka. Ndak tega aku
kalao besok mereka juga nasibnya sama seperti aku.
Jurbin : Iya,
biarlah mereka belajar. Selama kami masih bisa mencari nafkah buat mereka.
Shinta dan Ardi :
Alhamdulillah..bisa minta tolong dikumpulkan anak-anaknya pak supaya kami bisa
segera mengajari mereka?
(Kemudian herman berteriak -
teriak memanggil anak - anak yang akan belajar. Akhirnya setelah terkumpul
semua, proses belajar mengajar pun dimulai).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada.
Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan dihapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.