Puisi kupersembahkan untuk Wanita yang kan slalu ada di hatiku
Sewaktu aku
kecil, sewaktu aku masih belum tahu apa-apa,
buta huruf, kuno
akan segala-galanya,
maka aku
memutuskan untuk sekolah.
Walau aku tidak
tahu darimana usul itu.
Jika ada yang
bertanya padaku,
Untuk apa kau
sekolah?
Untuk dia!
Jika ada yang
bertanya padaku,
Untuk apa kau
mengejar prestasi?
Untuk dia!
Jika ada yang
bertanya padaku,
Untuk apa kau
berdiri di sini?
Untuk dia!
Lalu nanti jika
ada yang terakhir bertanya padaku,
Untuk apa kau
masih hidup?
Juga untuk dia!
Sosok yang
sangat berharga di mataku.
Motivasi
hidupku, serta penerang hati dan jalanku.
Sosok yang belum
puas merasakan betapa nikmatnya pendidikan, betapa kokohnya bangku sekolah.
Suatu saat mimpi
itu datang menghampirinya,
Di mana tergambar
jelas di sana
bahwa ia sedang duduk di bangku SMA, belajar bersama teman-temannya,
Namun HEII!
Bangunlah! Itu hanya mimpi!
Tik..Tik..Tik..
Waktu, kumohon
berhentilah sejenak, hanya sejenak.
Izinkan ia
terlelap untuk beberapa menit, melemaskan otot-ototnya, menghilangkan semua
beban di pikirannya.
Dia, sosok yang
hampir tak pernah bisa menikmati tidur
dan hangatnya
selimut di pagi buta.
Namun dialah
sosok yang sangat kuat.
Tak terasa
dinginnya guyurannya air hujan,
Tak terasa panasnya
terik matahari,
Tak
dipikirkannya wajahnya yang sudah berubah warna,
Kemana dia yang
dulu bersih, cantik, serta memanjakanku.
Kemana
pertanyaan-pertanyaannya?
“Bagaimana
pelajaranmu, nak? Ada PR hari ini?”.
Mengapa? Mengapa
yang kudengar hanyalah,
“Uang sekolahmu besok
ya! Uangnya belum cukup, nak!”.
Untuk apa kau
lakukan ini ibu?
Apa jawabnya?
“Karena Aku
Untukmu, nak!”.
Maka aku mulai
berontak pada diriku sendiri.
Harus ku apakan
diriku ini?
Hanya kata yang
mampu mengikat jiwaku,
Bahwa
“Prestasiku, prestasi orang tuaku. Maluku, malu orang tuaku”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada.
Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan dihapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.