Jalanan berduri dan berbatu yang
kulaluli saat ini
Bukan mulusnya jalan yang
seharusnya aku dapatkan di masa belia seperti ini,
sekarang ini
Kuat sebenarnya gencaran
kebencian
di dalam hati yang telah rusak
bingkainya
Berontak itu ada, kemarahan itu
juga ada
Tapi, aku tak tahu cara untuk
meluapkannya
Keindahan, kemurnian, serta
kemahalan harga
Sudah tak lagi dimiliki oleh diri
ini
Suatu detik berikutnya, justru
begitu hina, dina!
Bedebah! Persetan!
Makiku pada diri sendiri
Ya, Rabbi!
Haruskah? Tegakah? Kau biarkan,
kau lepaskan,
bahkan kau campakkan aku dalam
kekotoran sejauh ini
Enggankah lagi kau miliki insan
nan hina ini?
Rabbi,
Terasakan olehku kah kesegaran
air wudhu itu lagi?
Masih sepadankah wajah ini
mengenakan mukenah?
Masih pantaskah dahi ini
menyentuh sajadah-Mu lagi?
Setelah demikian hitamnya hati .
. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada.
Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan dihapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.